Adhiya Alfi Zikri: Jambak Sea Turtle Camp, Penjaga Ekosistem Laut

    Adhiya Alfi Zikri: Jambak Sea Turtle Camp, Penjaga Ekosistem Laut

    LINGKUNGAN - Jika gajah dianggap sebagai penyeimbang ekosistem hutan, maka penyu bisa dikatakan sebagai penyeimbang ekosistem laut. Walaupun pada dasarnya setiap binatang di hutan maupun dilaut memiliki jobdesknya masing-masing dalam menjaga keseimbangan sebuah ekosistem.

    Berbicara mengenai penyu, ia merupakan jenis hewan omnivore, namun yang menjadi spesies dari makanannya adalah ubur-ubur. Penyu memiliki umur yang panjang, biasanya berumur lebih kurang 50 hingga seratus tahun, tergantung jenis penyunya. Di Indonesia, terdapat enam jenis penyu yang hidup dan berkembang disekitaran bibir-bibir pantai. Penyu adalah hewan yang unik, si penyu ketika sudah menetas dan melanglangbuana dilaut, ia tetap bisa menemukan kembali pantai tempat awalnya menetas. Hal inilah yang menjadikan beberapa daerah bibir pantai di Indonesia menjadi habitat untuk penyu berkembang biak atau bertelur.

    Nahasnya, sebanyak dan serajin itu penyu bertelur, segigih itu pula “para pemburu” telur penyu melakukan perburuannya. Sebetulnya, penyu adalah satwa yang harus dilindungi. Undang-undang No. 5/1990 menyebutkan mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bahwa pelaku perdagangan (penjual dan pembeli) satwa dilindungi seperti penyu dikenakan hukuman penjara 5 tahun dan denda sebanyak Rp. 100 Juta. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan penyu sebagai penyambung ekosistem laut sudah mulai terancam punah dan harus dilindungi. Hal ini jika dibiarkan secara berlanjut maka akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi ekosistem laut nantinya yang juga berdampak terhadap kehidupan manusia.

    Penyu memiliki siklus hidup yang panjang dan rumit. Ia akan mencapai usia matang untuk berproduktifitas setelah berumur 15 hingga 20 tahun. Dengan waktu yang lama tersebut mereka hanya akan berkembang biak setiap 2 sampai 3 tahun sekali hingga sampai pada usia uzurnya. Hal inilah yang membuat populasi penyu menjadi rentan dan krisis. Sebab, ketika seekor penyu mendarat di sebuah bibir pantai untuk bertelur, selain ancaman antropogenik juga yang pasti akan melandanya adalah perburuan oleh manusia. Kemudian, jika sudah sempat bertelur pun seekor tukik (anak penyu) yang baru lahir akan berjuang memulai perjalanan hidupnya sendirian. Maka, tak jarang para tukik dan penyu remaja ini akan menghadapi predasi antar ekosistem laut. Kemudian di usia dewasanya, ia juga berjuang melawan perburuan liar dan polusi laut hingga pada akhirnya hanya satu dari seribu tukik yang akan menjadi dewasa seutuhnya.

    Bagi sebagian masyarakat, telur penyu dianggap memiliki khasiat yang tinggi bagi tubuh. Salah satu dari khasiatnya itu ialah sebagai obat vitalitas bagi pria, penambah stamina, dan sumber energi. Namun sebetulnya dari sekian banyaknya manfaat, telur penyu lebih banyak mengundang mudarat, seperti kolesterol jahat yang mengandung senyawa beracun pemicu kanker. Dilansir dari Republika (104 Warga Mentawai Keracunan Daging Penyu, 3 Orang Tewas), di tahun 2018 di kepulauan Mentawai pernah terjadi keracunan massal akibat mengkonsumsi penyu yang berakibat tiga dari ratusan orang yang keracunan tersebut meninggal dunia. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata dalam daging penyu terdapat kandungan logam berat yang berbahaya bagi tubuh manusia. Sehingga bisa menyebabkan keracunan hingga berujung kematian. Oleh sebab itu, baik telur maupun penyu tidak baik untuk dikonsumsi oleh manusia.

    Pati Hariyose (Pendiri Jambak Sea Turtle Camp). (Koleksi Pribadi Mei 2024)

    Salah satu cara untuk tetap memperpanjang siklus hidup penyu dan ekosistem laut ialah dengan adanya sebuah wadah konservasi penyu itu sendiri. Di bibir pantai Sumatera Barat, lebih tepatnya di Padang, ada sebuah tempat penangkaran dari penyu, yaitunya di pantai Pasir Jambak. Tempat ini dahulunya sejak beberapa tahun silam sudah menjadi pelabuhan bagi para penyu untuk mendaratkan telurnya. Sebut saja Yose (Pati Hariyose), seorang aktifis lingkungan –pendiri Jambak Sea Turtle Camp— yang mengabdikan dirinya untuk menjaga kelestarian hidup penyu. Dengan adanya orang-orang seperti beliau ini, maka keberlangsungan hidup penyu bisa terselamatkan dan ekosistem laut tetap terjaga. Namun yang menjadi tantangannya bagi Yose ialah masyarakat itu sendiri (pemburu penyu).

    Jambak Sea Turtle Camp ini terletak dikawasan objek wisata Pantai Pasir Jambak, pantai pasir jambak yang cukup luas dan terdapat banyak pohon cemara sangat tepat dijadikan tempat rekreasi yang memanjakan mata dan merilekskan pikiran. Kemudian, dengan adanya Jambak Sea Turtle Camp ini dapat menjadi paket lengkap berwisata, karena dapat dijadikan tempat rekreasi edukasi bagi para pelajar ataupun masyarakat umum yang ingin mengetahui penyu dan ekosistemnya lebih dalam lagi. Saat berkunjung ke Jambak Sea Turtle Camp, pengunjung dapat melihat tempat penetasan telur penyu, tempat kolam tukik dan penyu dewasa serta akan disuguhkan baliho informasi mengenai jenis penyu juga ciri-cirinya.

    Tempat penetasan telur penyu dan baliho informasi jenis penyu beserta ciri-cirinya. (Koleksi Pribadi Mei 2024)

    Di tahun 2014, ketika awal merintis konservasi ini, ia dianggap musuh oleh para pemburu penyu, sebab berburu penyu sudah menjadi mata pencaharian masyarakat pada waktu. Sehingga tak jarang, berbagai ancaman terhadap dirinya pun kerap kali dihantui, seperti akan dipukul secara diam-diam dan dirusak fasilitas konservasinya. Namun dengan seringnya ia melihat penyu yang tergeletak di bibir pantai dengan keadaan perut sudah terbelah karena diambil telurnya membuat semangat beliau tidak surut. Ia terus mengedukasi masyarakat akan bahaya dan pentingnya penyu bagi keberlangsungan hidup ekosistem laut dan manusia.

    Pantai Pasir Jambak dan pepohonan cemara. (Koleksi Pribadi Mei 2024)

                Awalnya ia, mengumpulkan telur-telur penyu itu secara sembunyi. Namun karena hal tersebut tidak mengenakkan bagi pemburu penyu, lantas ia berfikir untuk membuat sebuah wadah konservasi penyu sekaligus menjadikan tempatnya itu sebagai edu-ekowisata, sehingga tempat tersebut dikenal sebagai pantai konservasi dan pelepasan telur-telur penyu kelaut untuk kembali kehabitatnya. Seiring berjalannya waktu. Hal tersebut tentu mengundang income atau pendapatan bagi masyarakat setempat. Alhasil, masyarakat yang sebelumnya berprofesi sebagai pemburu penyu beralih profesi menjadi pedagang dan itulah yang diinginkan Yose sebetulnya. Bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat, ia beranggapan bahwa “ini merupakan sebuah misi mulia”. Segala pencapaiannya ini adalah murni atas usaha dan kerja kerasnya sendiri, tanpa campur tangan pihak lain. Bahkan ia pernah pernah kehabisan pembiayaan sehingga harus menjual mobilnya demi menjaga konservasinya agar tetap eksis hingga sekarang

    Memintal Benang Merah

                Penyu adalah hewan egois, sebab sesudah melepaskan telurnya di bibir pantai, ia langsung pergi mencari mencari makan dan kembali melangsungkan hidup sembari meninggalkan telur-telurnya. Jadi, memang butuh campur tangan orang-orang seperti Yose untuk keberlangsungan hidup penyu. Penyu mejadi penyeimbang dari ekosistem laut kita. Penyu berada di puncak rantai makanan di sebagian besar ekosistem laut. Penyu adalah polisinya laut. Hilangnya penyu dari lautan akan mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan pada akhirnya akan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang besar terhadap manusia. Oleh sebab itu, stop untuk mengkonsumsi daging penyu dan telurnya dan juga tidak membeli barang ataupun aksesoris yang terbuat tubuh penyu itu sendiri. (Adhiya Alfi Zikri)

    adhiya alfi zikri jambak sea turtle camp
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Nagari TV Siap Meluncur Mendukung Kinerja...

    Artikel Berikutnya

    Tapian Kato: Kelarasan Bodi Caniago

    Berita terkait